|
Dampak Perang Imperialis Dan Teror
Dan Gerakan Rakyat Yang Terus Diperkuat
Kata-kata sambutan kepada Kongres Umum Koalisi Tani Asia Kedua
Bandung, Indonesia
Prof. Jose Maria Sison
Ketua Komite Koordinator Internasional
Liga Internasional Perjuangan Rakyat
19-20 Desember, 2006
Pada kesempatan diselenggarakannya Kongres Umum Kedua, atas nama Liga
Internasional Perjuangan Rakyat (ILPS), saya sampaikan salam solidaritas
sehangat-hangatnya kepada Koalisi Tani Asia. Kami ucapkan selamat atas
sukses yang sudah dicapai sejak Kongres Umum Pertama dalam membela
reform agraria sejati dan semua aksi yang menguntungkan massa tani dan
rakyat lainnya melawan berbagai bentuk penghisapan dan penindasan yang
dipaksakan oleh kekuatan imperialis dan klas reaksioner setempat.
Kami menyambut seruan militan: Perkuat Perjuangan untuk Reform Agraria
Sejati! Lawan Perang Imperialis dan Teror! Perkuat Terus Gerakan Tani di
Asia dan di Dunia! Kami mengharapkan kawan kawan mencapai sukses sukses
besar dalam Kongres ini. Kami percaya kawan kawan akan bisa menyimpulkan
pengalaman, menarik pelajaran dari pengalaman tersebut dan meletakan tugas
tugas untuk terus maju. Kami mengharapkan kawan kawan mencapai sukses
yang lebih besar dalam perjuangan yang sulit yang terbentang didepan.
Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk memberi
sambutan kepada Kongres kawan kawan. Saya melihat kenyataan bahwa
Koalisi Tani Pasifik adalah satu kombinasi yang sangat baik dari berbagai asosiasi
tani dengan organisasi organisasi yang sejenis dan kawan kawan memainkan
peranan yang penting dalam perjuangan melawan imperialisme dan kaum reaksi
setempat. Oleh karena itu saya merasa sangat senang sekali untuk memberi
sumbangan tentang "Dampak Perang Imperialis dan Teror dan Perkuat Terus
Gerakan Rakyat".
Perang Imperialis dan Teror
Sejak akhir abad ke 19, seluruh dunia telah menjadi daerah ekonomi dari
kapitalisme monopoli. Tak ada satu bagianpun didunia ini yang tidak menjadi
tempat penanaman modal, pasar, sumber bahan mentah atau daerah pengaruh
dari negeri negeri imperialis. Diluar perbatasan negeri mereka, kekuasaan imperialis
telah mendominasi rakyat dan bangsa dan menempatkan mereka sebagai koloni,
semi koloni atau negeri negeri yang tergantung.
Dominasi imperialis dipaksakan melalui agresi dan bentuk bentuk kekerasan
lainnya dan sampai batas tertentu dengan bantuan dari kekuatan kekuatan
bonekanya. Amerika Serikat menyeberangi Lautan Pasifik untuk membantai
1.5 juta rakyat Filipina dengan tujuan menaklukan Filipina dan mempertahankannya
sebagai basis untuk mendapat bagiannya dalam dominasi imperialis atas Tiongkok.
Sebagai kekuatan imperialis yang baru muncul dan pendatang yang telat dalam
mendapatkan koloni, Amerika Serikat menyatakan perang kepada Spanyol untuk
merampas daerah jajahannya seperti Puerto Rico, Kuba dan Filipina, bahkan pada
saat rakyat di negeri negeri tersebut telah berhasil dalam gerakan pembebasan
nasional mereka.
Kekuatan imperialis mempunyai watak hakiki yang agresif dan selalu menggunakan
kekerasan dalam menundukan dan menindas semua rakyat dan bangsa dan dalam
melakukan kompetisi ekonomi dan persaingan politiknya dengan kekuatan imperialis
lainnya. Pertumbuhan kekuatan ekonomi dan militer dari kekuatan imperialis manapun
atau grup dari kekuatan imperialis merusak keseimbangan kekuatan yang ada antara
kekuatan imperialis itu sendiri dan dapat membawanya kepada satu perang antar-imperialis
dengan tujuan untuk membagi kembali dunia. Umat manusia telah mengalami dua
perang dunia yang telah memakan korban puluhan juta manusia sebagai akibat dari
krisis over-produksi dalam sistim kapitalis dunia dan persaingan tajam antara kekuatan
imperialis untuk mendapatkan daerah ekonomi. Bersamaan dengan itu, perang antar-imperialis
telah menimbulkan kondisi untuk timbulnya sosialisme dan gerakan pembebasan nasional.
Tetapi, sebagai akibat dari Perang Dunia Kedua, Amerika Serikat muncul sebagai kekuatan
imperialis nomer satu. Ia bangkitkan Perang Dingin dan ia pertahankan persekutuan
anti-komunis antara kekuatan imperialis dan pemerintah boneka untuk menentang
negeri negeri sosialis dan gelombang besar gerakan pembebasan nasional.
Untuk mencapai tujuan ini, ia gunakan kekuasaan ekonomi dan militernya, PBB, Fonds
Moneter Internasional, Bank Dunia, Perdagangan bilateral dan multilateral, berbagai
persetujuan finansiel, ekonomi dan militer.
Imperialisme Amerika Serikat melakukan agresi, blokade ekonomi dan pengepungan
militer. Ia melancarkan berbagai perang agresi yang terbesar untuk membunuh empat
juta rakyat di Korea dan 6 juta rakyat di Indochina. Ia memimpin rejim rejim klientnya
dan mensuplai mereka dengan material militer untuk melancarkan perang terhadap
rakyat dan negeri lain. Atas nama anti-komunisme, ia lakukan kudeta militer dan ia
tegakan kediktatoran di Asia, Afrika dan Amerika Latin dari tahun 50-an sampai tahun
80-an. Demi melindungi kepentingan perusahaan perusahaan minyak Amerika, Inggris
dan Belanda, ia dorong klik militer Suharto di Indonesia untuk menggulingkan pemerintah
Sukarno dan membantai 1.5 juta rakyat Indonesia.
Sambil menggunakan metode containment yang agresif, imperialisme Amerika Serikat
melakukan manuver-manuver ekonomi dan diplomatik untuk mendorong tumbuhnya
kekuatan revisionisme moderen dan restorasi kapitalis di negeri negeri sosialis. Ia gunakan
neo-kolonialisme untuk mengkooptasi negeri negeri yang baru merdeka dan membuat
mereka tergantung pada pinjaman luar negeri, penanaman modal langsung dan bantuan
militer. Ia berikan akomodasi pasar terbesar Amerika Serikat kepada eksport dari Eropa
Barat, Jepang dan ekonomi lainnya yang dianggap sebagai garis depan dalam melawan
negeri negeri sosialis. Dalam proses itu, ia melemahkan kemampuan manufakturnya sendiri
untuk eksport dan memberi perhatian yang tak seimbang kepada penelitian dan produksi
dalam bidang militer .
Mulai tahun 70-an, Amerika Serikat dan sistim kapitalis dunia digoncang oleh krisis over-produksi
berkali-kali , gejala stagflation, biaya militer yang terus meningkat, perang agresi yang gagal
dan perlawanan rakyat rakyat dunia yang terus meningkat. Tetapi kecenderungan restorasi
kapitalis di negeri negeri sosialis dan neo-kolonialisme di negeri negeri yang baru merdeka
telah membuat kekuatan revolusioner tidak dapat menggunakan krisis yang terjadi di
Amerika Serikat dan sistim kapitalis dunia. Akhirnya, semua rejim dari blok Soviet dan Soviet
Uni sendiri runtuh. Tiongkok juga menjadi bagian dari sistim kapitalis dunia.
Sejak 1991, Amerika Serikat telah menjadi satu satunya superpower yang memerintah
seluruh dunia.. Ia menyatakan adanya satu "Order Dunia Baru" dan melancarkan satu
ofensif ideologi, politik, ekonomi,militer dan kebudayaan menentang usaha sosialisme
dan pembebasan nasional. Ia kembangkan pikiran kapitalisme dan demokrasi liberal
sebagai " akhir dari sejarah". Ia injak-injak prinsip kedaulatan nasional, kesamaan antara
semua bangsa, demokrasi sejati yang berdasarkan kepada rakyat, keadilan dan perkembangan
sosial. Atas nama "globalisasi pasar bebas", ia dorong des-nasionalisasi, privatisasi, liberalisasi
dan deregulasi untuk kepentingan perusahaan dan bank multinasional yang dimiliki oleh
kaum imperialis dengan mengorbankan rakyat pekerja, kaum wanita, anak anak dan
lingkungan.
Amerika Serikat makin lama makin sombong, cepat dalam mengeluarkan dan melaksanakan
ancaman-ancaman, mendorong sekutu imperialisnya kedalam perang dan memaksakan
kekuasaannya kepada negeri negeri klient. Ia turut campur dalam urusan intern negeri
negeri lain melalui cara-cara seperti menahan atau mengeluarkan pinjaman dan suplai,
mengurangi atau menambah akomodasi pasar, melakukan tekanan militer atau melaksanakan
intervensi dan agresi militer terbuka dan terang-terangan. Negeri negeri yang membela
kedaulatan dan kemerdekaan nasionalnya digambarkannya sebagai "setan" dan dengan
demikian mencoba mengintimidasi semua negeri untuk tetap dibawah pengaruhnya.
Dalam 16 tahun terakhir ini, setelah berakhirnya Perang Dingin dan runtuhnya Soviet Unie,
imperialisme Amerika Serikat telah memimpin perang agresi berskala besar, seperti perang
melawan Irak, Yugoslavia dan Afganistan. Dalam perang tersebut, Amerika Serikat telah
mendapat hasil yang besar termasuk sumber minyak, basis militer , kontrak untuk suplai
militer dan kontrak untuk "rekonstruksi" negeri negeri yang telah dihancurkan oleh misil -misil
dan senjata penghancuran besar-besaran amerika lainnya. Rakyat telah menderita korban
jiwa dan harta yang sangat besar sekali dari bentuk yang terburuk dari terorisme, perang
agresi yang dilancarkan oleh imperialisme Amerika Serikat dan antek-anteknya.
Amerika Serikat adalah agressor dan teroris nomer satu didunia sekarang ini. Ia telah
menggunakan serangan 11 September untuk menampilkan dirinya sendiri sebagai kampiun
anti-terorisme dan untuk menteror rakyat sedunia. Tindakan teroris yang dilakukan oleh
grup-grup teroris partikelir kecil seperti Al Qaeda dan Abu Sayyaf, harus dikutuk karena
telah menyebabkan kematian dan luka terutama dikalangan penduduk sipil. Tetapi
terorisme mereka sangat kecil sekali kalau dibanding dengan superterorisme dari Amerka
Serikat. Terorisme Amerika Serikat di Irak saja sudah menyebabkan kematian 1,5 juta
rakyat, termasuk 700.000 anak anak dalam periode dari 1991 sampai 2002, dan lebih
dari 655.000 orang dari 2003 sampai 2006.
Amerika Serikat telah menggunakan serangan 11 September sebagai alasan untuk
mengumandangkan hysteria perang, meningkatkan produksi militer dan mengkebiri
hak-hak demokratis rakyat Amerika dan rakyat negeri lain. Ia telah menggunakan
serangan 11 September untuk melakukan tindakan agresi terhadap negara yang
menegaskan kemerdekaan nasionalnya. Ia mendorong penindasan dan dilakukannya
terorisme Negara terhadap rakyat yang melancarkan revolusi dan bangsa yang berjuang
untuk pembebasannya. Ia tempelkan cap "teroris" kepada semua kekuatan anti-imperialis
dan dengan demikian membenarkan semua bentuk kejahatan yang dilakukan terhadap
mereka.
Dibawah rejim Bush, apa yang dinamakan neo-konservatif dapat mempraktekan proyek
mereka untuk satu Abad Baru Amerika. Ini telah meletakan garis untuk menggunakan
seluruh spektrum dari kekuasaannya, terutama keunggulan militer dengan teknologinya
yang canggih untuk melaksanakan perang preemptive (perang yang dilakukan lebih dulu
untuk mencegah) dengan tujuan menggulingkan "Negara jahat" yang manapun atau
kekuatan yang memiliki potensial untuk menjadi saingan Amerika Serikat. Dengan demikian
Amerika Serikat mencoba untuk mempertahankan supremasinya diatas semua negeri
negeri dan rakyat dan melaksanakan "demokrasi"nya dan "pasar bebas".
Rakyat dari dunia ketiga adalah rakyat yang paling menderita akibat dari krisis sistim
kapitalis dunia sejak tahun 1970-an. Negeri negeri imperialis telah memindahkan beban
krisis itu ke negeri negeri klient mereka, negeri negeri semi-kolonial dan negeri negeri
tergantung. .Dengan demikian di negeri negeri inilah dimana perjuangan untuk
pembebasan nasional dan sosial paling hebat. Di negeri-negeri ini juga dimana
perjuangan revolusioner bersenjata sedang berlangsung dan gerakan massa yang
kuat sedang maju .
Krisis over-produksi di negeri-negeri imperialis telah memperhebat over-produksi
bahan mentah disebagian besar negeri negeri semi-kolonial dan negeri tergantung ,
sama halnya dengan over-produksi dari low-value-added semi-manufaktur di beberapa
negeri itu. Hal ini telah mengakibatkan ditutupnya perusahaan yang sudah bangkrut
atau over-produksi yang lebih besar lagi dan eksport dari barang yang sama dalam
jumlah yang lebih besar lagi tapi dengan harga yang lebih murah dipasar global.
Krisis over-produksi, defisit dalam anggaran belanja dan perdagangan yang kronis
dan beban hutang yang makin meningkat mengakibatkan kondisi kerja dan kondisi
hidup yang paling buruk bagi rakyat. Kondisi yang terburuk dari pengangguran
massal, upah rendah, kemiskinan dan deprivasi ditemukan di negeri negeri semi-kolonial
dan negeri negeri tergantung. Disini, mayoritas rakyat hidup dengan kurang dari 2
dólar Amerika seharí. Di sebagian besar negeri negeri Dunia Ketiga, masalah utama
adalah tidak adanya tanah dan penghisapan feudal dan semi-feudal terhadap massa
tani yang merupakan mayoritas dari penduduk.
Tenaga dan hubungan produksi di pertanian ekonomi semi-feudal terbelakang.
Komprador besar dan tuan tanah didikte oleh kapitalisme monopoli asing dan
didorong oleh kepentingan klas reaksioner mereka sendiri untuk menentang
reform tanah yang sejati dan industrialisasi nasional.Dua tindakan ekonomi ini
saling melengkapi. Reform tanah adalah satu cara untuk membebaskan kaum
tani secara ekonomi, sosial dan politik , mendorong mereka untuk menghasilkan
makanan lebih banyak lagi bagi negeri dan bahan mentah bagi industri dan menjadi
sumber kapital yang lebih besar dan pasar yang meluas bagi produk industi.
"Program reform tanah" yang dijalankan oleh regim komprador dan tuan tanah
besar di negeri-negeri semi-kolonial dan semi-feudal adalah palsu . Dalam kasus
Filipina, berbagai macam cara dipakai untuk menghalangi adanya satu reform
tanah yang sejati; misalnya, membatasi tanah yang dikenakan reform pada
tanaman tertentu, seperti padi dan jagung, hal mana memungkinkan tuan
tanah untuk mempertahankan tanah dan membaginya kepada anak-anaknya
dan keluarga lainnya dengan cara penjualan palsu.
Dalam kasus dimana pemerintah mensita tanah untuk dibagikan atau dimana
pemerintah menjadi perantara dalam penjualan tanah antara tuan tanah dan
penyewa, harga yang seharusnya dibayar oleh penyewa adalah harga yang
sesuai dengan harga pasar yang adil, tetapi nilai itu secara sewenang-wenang
dinaikan dan penyewa membayarnya dengan mencicil. Penyewa tanah jarang
sekali yang bisa melunaskan pembayaran tanah itu , akhirnya diusir dari tanahnya
dan kembali ke status penyewa. Dalam kasus dimana massa petani membersihkan
dan menanami tanah umum, mereka menjadi korban pengusiran dari berbagai
macam perampas tanah termasuk birokrat, perwira militer, tuan tanah dan
perusahaan asing.
Sejak berlakunya konstitusi 1987 dibawah regim Aquino, ditetapkan secara
konstitusionil bahwa tanah bisa dijual oleh tuan tanah kepada penyewa hanya
kalau tuan tanah setuju melakukannya dengan suka rela dan si penyewa setuju
untuk membayar nilai yang ditentukan oleh pasar sebagai kompensasi yang adil.
Tuan tanah juga bisa menghindari reform tanah dengan cara mengkelabui
penyewa dan buruh tani untuk menerima " stock distribution option" yang
berarti mereka menjadi pemilik saham kecil di satu perusahaan pertanian dimana
anggota keluarga tuan tanah memiliki lebih dari 95% atau lebih dari sahamnya.
Reform tanah palsu di Hacienda Luisita dalam bentuk distribusi saham, kasus
tanah sitaan yang harganya dinilai terlalu tinggi untuk didistribusi kepada para
penyewa telah membelejeti kebangkrutan dari Program Reform Agraria Menyeluruh.
Sejak jaman Aquino, dengan dianggapnya reform tanah sebagai satu deal real
estate, pemerintah reaksioner telah mencampakan prinsip keadilan sosial. Pembantaian
di Hacienda Luisita dan pembunuhan terhadap pimpinan dan anggota organisasi buruh
tani dan organisasi tani mencerminkan kegagalan sepenuhnya dari opsi distribusí saham
dan tindakan palsu dalam reform tanah lainnya yang dilakukan dibawah CARP dan apa
yang dnamakan globalisasi pasar bebas.
Dibawah bendera "globalisasi pasar bebas", penerus kepresidenan dari Aquino telah
sepenuhnya mengabaikan perlunya reform atas tanah dan industrialisasi nasional dan
hanya mengoceh saja tentang memberi pembiayaan untuk produksi dan pemasaran
produk pertanian kepada "mereka yang diuntungkan oleh reform tanah". Klas
penguasa setempat yang terdiri dari komprador besar dan tuan tanah gembira
dengan resep "reform tanah yang dibantu oleh pasar (market assisted land reform)"
dari Bank Dunia yang mengubah masalah itu hanya sebagai transaksi dari real estate.
Hal ini berguna untuk mempertahankan monopoli atas tanah dan menguntungkan
konsentrasi tanah, termasuk rekonsentrasi dari tanah yang tadinya sudah diberikan
kepada petani.
Dengan apa yang dinamakan "gloalisasi pasar bebas", banyak negeri negeri dari Dunia
Ketiga yang didorong untuk mengimport produk pertanian dari negeri lain. Kaum
komprador besar dan birokrat tinggi mengambil keuntungan dari import ini , juga
dari eksport produk pertanian. Tetapi hasil keseluruhan dari hal itu adalah runtuhnya
produksi pertanian lokal disebabkan oleh import produk pertanian yang kelebihan,
terutama dari negeri negeri imperialis dan sumber-sumber yang dimekanisasi dan
disubsidi dengan baik. Tiongkok yang telah menjadi importir makanan neto adalah
kasus terkenal dari satu negeri yang membongkar pertanian sosialis dan mengorbankan
produksi pertanian yang berdikari, menggantinya dengan import pertanian,
semi-manufaktur terutama bagi pasar konsumsi asing dan menyerahkan tanah
lepada developer real estate dan spekulator.
Beban krisis ditaruh diatas bahu para petani dan buruh tani . Kaum pekerja ini menjadi
korban dari degradasi sosial lebih dalam lagi sebagai akibat dari bentuk bentuk lebih
kejam dari penghisapan feudal dan semi-feudal. "Globalisasi pasar bebas" memaksakan
penderitaan yang kejam kepada petani dan buruh tani Asia Tenggara , Asia Selatan
dan Tiongkok dan dengan demikian menyebabkan ketidak senangan sosial yang dalam
dan mendorong mereka untuk bangkit menentang mereka yang memonopoli tanah
dan yang membawa mereka ke satu kondisi penghisapan feudal dan semi-feudal.
Kita semua sedar akan gelombang aksi aksi masa petani di Asia, dalam bentuk aksi
aksi protes legal dan perlawanan bersenjata.
Krisis yang ditimbulkan oleh penghisapan asing dan penghisapan feudal, terutama
dibawah politik "globalisasi pasar bebas" mendorong pemilik perkebunan, komprador
besar dan tuan tanah untuk mengusir petani dari tanahnya, memecat buruh tani,
merusak asosiasi dan serikat buruh tani dan melancarkan aksi aksi represif lainnya.
Regim boneka setempat bekerja menentang hak dan kepentingan kaum tani dan
buruh tani dan melakukan kampanye penindasan dengan kekerasan, menggunakan
kekuatan militer, polisi dan paramiliter, dan juga orang orang bayaran untuk menentang
komunitas dan asosiasi petani dan buruh tani.
Diantara rejim reaksioner lokal di Asia, rejim Arroyo adalah yang paling terkenal dalam
menyambut perang global terornya Bush dan telah menggunakannya untuk minta
intervensí dan bantuan militer dan menterapkan politik perang yang tak kenal kasihan
terhadap rakyat Filipina, terutama massa pekerja dan petani. Lebih dari 50% dari korban
pembunuhan extrajudicial yang terdokumentasi dengan baik adalah petani. Jumlah
korban petani mencapai puluhan ribu kalau kita memasukan mereka yang ditahan
secara ilegal, disiksa , dibunuh dan dipaksa lari dari rumah dan tanah garapan mereka
karena dibakar, dibom, dibongkar dengan buldozer oleh militer, polisi dan badan
keamanan partikelir.
Perlawanan rakyat yang terus diperkuat
Sementara perhatian dunia terpusat kepada perang agresi Amerika Serikat yang
berhubungan terutama dengan sumber minyak dan gas di Timur Tengah dan Asia
Sentral, ahli strategi yang paling pandai dari kaum imperialis dan kaum reaksioner
setempat sedar akan frustrasi dan kesengsaraan yang makin meningkat yang
diderita oleh massa petani dibawah "globalisasi pasar bebas". Mereka takut akan
kapasitas tinggi massa tani untuk mengembangkan revolusi bersenjata. Mereka
sedar akan sifat tahan lama dan pertumbuhan stabil dari perang rakyat di Filipina,
pertumbuhan perang rakyat yang dramatis di Nepal dan India dan pecahnya
setiap tahun ribuan pemberontakan tani di berbagai tempat di Tiongkok.
Ahli-ahli strategi itu khawatir akan kondisi subur bagi perang rakyat tahan lama
untuk pembebasan nasional dan demokrasi, dengan partisipasi penting dan
dukungan massa petani. Tetapi, reaksi dari kaum imperialis dan kaum reaksioner
setempat terhadap situasi itu bukannya melancarkan reform tanah sejati yang
mendalam, malahan melancarkan kampanye penindasan anti-terorisme terhadap
perlawanan kaum tani.
Umpamanya, di Filipina, Amerika Serikat dan rejim Arroyo secara praktis telah
mengakhiri perundingan damai antara Front Nasional Demokratis Filipina dengan
pemerintah reaksioner Filipina , dan sebagai gantinya mereka menterapkan politik
perang. Mereka lebih suka mengorbankan jiwa dan sejumlah besar sumber untuk
kampanye penindasan militer dan polisi dari pada melancarkan reform tanah yang
jujur , industrialisasi nasional dan reform reform borjuis demokratis lainnya. Kaum
imperialis dan kaum reaksioner setempat tidak kenal batas dalam keserakahan
dan kebulatan tekad untuk mempertahankan sistim pemerintahan semi-kolonial
dan semi-feudal. Mereka tidak memberi pilihan lain kepada massa rakyat luas selain
melancarkan revolusi bersenjata.
Kaum tani dan buruh tani perlu mengorganisasi diri dan melancarkan perlawanan
militan untuk membela diri sendiri dan menegaskan hak haknya. Mereka harus
berjuang untuk kedaulatan rakyat nasional, hak hak demokratis , reform tanah
yang sejati dan industrialisasi nasional. Mereka harus bersatu dengan semua sektor
rakyat lainnya untuk mendorong maju perjuangan demi mencapai kekuasaan
nasional dan demokratis yang dibutuhkan untuk melancarkan reform tanah secara
keseluruhan, mendorong industrialisasi nasional dan melaksanakan reform reform
lainnya untuk meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan rakyat. Untuk
menjalankan reform reform ini, kekuasaan kaum komprador besar dan tuan tanah
yang bertindak sebagai boneka dari imperialisme harus diakhiri.
Kaum imperialis dengan kolaborasi rejim boneka mereka akan melakukan apa saja
termasuk agresi bersenjata langsung untuk mencegah rakyat mencapai tujuan
pembebasan nasional dan sosial. Mereka akan menghalangi negeri negeri dan
rakyat untuk membebaskan diri dari sistim penghisapan dan penindasan imperialis.
Kaum komprador besar dan tuan tanah menentang pembebasan nasional dan
sosial karena itu berarti berakhirnya hak hak istimewa dan keberadaan mereka
sebagai parasit. Kaum imperialis dan rejim bonekanya mencap gerakan rakyat
revolusioner , bahkan kekuatan oposisi legal sebagai "teroris" untuk membenarkan
terorisme negara dan kontrarevolusi bersenjata.
Rakyat harus memperkuat persatuannya dalam satu front patriotik dan demokratis
yang mencakup buruh, tani, burjuis kecil dan burjuis nasional, dengan persekutuan
buruh dan tani sebagai dasarnya. Mereka harus melancarkan semua bentuk
perjuangan untuk mendirikan satu negara yang sungguh sungguh nasional
dan demokratis. Hanya dengan negara yang demikian baru mereka bisa menjalankan
reform tanah yang sejati dan industrialisasi nasional dan menyelesaikan masalah
penghisapan, kemiskinan massal dan keterbelakangan yang diderita oleh banyak
negeri dari Dunia Ketiga.
Rakyat setiap negeri di Dunia Ketiga harus bersandar terutama kepada kekuatannya
sendiri untuk mencapai pembebasan nasional dan sosial. Tetapi mereka juga bisa
mendapatkan kekuatan tambahan dari ,dan juga memberikan kekuatannya sendiri
kepada solidaritas internasional antara rakyat rakyat yang melancarkan perjuangan
yang sama melawan imperialisme dan semua bentuk reaksi di semua benua dan
semua negeri. Dalam hubungan ini, Liga Internasional Perjuangan Rakyat secara
konsistent mengabdikan diri untuk membangun satu gerakan demokratis internasional
anti imperialis untuk pembebasan nasional dan sosial dari rakyat Dunia Ketiga.
Koalisi Tani Asia adalah satu jaringan yang sangat penting untuk berbagai macam
bentuk kerjasama antara gerakan tani di Asia yang sedang berjuang untuk reform
sosial pokok. Ia adalah satu jaringan untuk meningkatkan tingkat kesedaran,
organisasi dan mobilisasi massa petani. Kawan kawan bisa saling belajar dari
pengalaman perjuangan yang berharga dari masing masing gerakan, dan dengan
demikian memperkuat koalisi dan juga anggota dari koalisi tersebut. Kampanye
dan aksi kawan kawan yang terkoordinasi melawan serangan kekuatan imperialis
dan feudal menyumbang kepada melemahnya dan akhirnya kekalahan dari sistim
penghisapan dan penindasan dari imperialisme.
Sekali lagi kami, Liga Internasional Perjuangan Rakyat, mengharapkan sukses yang
besar dalam perjuangan yang berat menentang imperialisme, feudalisme dan
kapitalisme birokrat yang terbentang didepan untuk pembebasan nasional dan
sosial dari rakyat terhisap dan tertindas di negeri negeri di Asia dan bagian lain
dunia.
|
|